Ketika hidup adalah keyakinan dan perjuangan
Allah always with us

belajar dan mengajarkan



dan kini aku menemukan jawaban tentang pilihan di masa lampau. ketika usiaku masih terlalu muda, bahwa seorang wanita hendaklah menjadi guru atau dokter. Pilihan yang menurutku terlalu kolot dari para tetua, kini aku menemukan maknanya. bahwa pilihan tinggallah pilihan, bila kita mampu menyeimbangkan keduanya.
begitu pun cerita guru-guruku tentang bagaimana kenikmatan berbagi ilmu. bagaimana menjadi pembuka tabir ilmu bagi generasi setelahnya. membimbing dan mengembangkan. menuai setelah menanam. bukan untuk diri sendiri, namun untuk orang lain. aku pikir apa nikmatnya? dulu saat aku masih terlalu muda.

dan jawaban itu sederhana.
aku bahagia, dengan cara yang sederhana, memberikan apa yang aku punya tanpa merasa kehilangannya.
semoga langkah awal ini, menjadi ladang amal jariyah. sebuah ilmu bermanfaat yang mampu menjadi penolongku di akhirat kelak. aamiin

0 comments:

Cerpen : tentang sederhana


Malam ini aku teringat sesuatu, sebuah diskusi di masa lalu,

"Aku ingin hidup sederhana, menjalani hidup dengan sederhana"

Aku terdiam. Dia melanjutkan.

"Terutama bersama orang yang sederhana, walau dia tau bisa jumawa, entah ilmu atau harta"

Saat itu, aku ingat betul malam itu malam Jumat dan kami duduk di teras. Berdua kami memeluk lutut, berhadapan. Dari atap, tetes hujan mulai terdengar. Aku urungkan niat untuk pulang, dia pun sedikit memaksaku untuk bertahan. Jangan pulang, kamu bisa juga sakit kehujanan, katamu kala itu.

Aku juga ingat, saat itu aku mencelanya dengan 2 kata "terlalu pasrah". Dan 2 kata itu membuka malam menjadi enggan berakhir. Kami beradu pandangan hidup, macam2 filosofi dan cerita masa lalu yang membawa kami pada pemahaman hidup yang kami anut sekarang. Ah, sungguh tak banyak perbedaan. Ada kegetiran yang walau beda tema, selalu ada celah mengisi diantaranya. Layaknya rem dan gas yang berganti peran, menjaga mobil tidak jatuh ke dasar jurang.

Di akhir bicara, kami sepakat bahwa kesederhanaan hidup akan selalu membawa keselamatan. Mencegah hawa nafsu berlari liar tak karuan. Menghindarkan langkah jatuh terperosok dalam. Tapi sederhana tidak berlaku dalam berusaha dan menyebar manfaat. Usaha haruslah mewah agar tercipta manfaat dan kebaikan yang terus menerus mengalir untuk umat.

Sebelum pulang, dia berpesan, setinggi apapun nanti kami terbang, tetaplah hati merendah dan jangan berubah. Aku mengangguk, mengiyakan. Aku melihat matanya, hatiku hangat. Di malam yang sederhana itu, diam-diam aku mengamini doanya.

Dan malam ini, saat waktu sudah melangkah begitu jauh, hatiku bicara,

doa yang sama.

Semoga di langit sana, doa-doa kecil ini, disatukan dalam pertemuan yang sederhana, namun penuh makna.

Ciputat, 25 April 2016  00:39 @maizankn

1 comments:

Kata. Kata


Malam ini seperti biasa tidak bisa memulai tidur dengan baik. Sudah hampir 2 bulan aku kesulitan tidur, entah sudah dapat dikatakan early insomnia atau tidak, namun ini cukup mengganggu mood. Walau beberapa hari terakhir tertolong hot chocolate cadbury dan nulis pretidur, namun bila kegiatanku kembali seperti dulu, tentu early insomnia ini akan sangat mengganggu aktifitas. Semoga siklus ini segera dapat diperbaiki. Aamiin

Okeee..malam ini aku ingin menulis tentang penulis dan menulis. Ya, penulis. Seseorang yang menuliskan sesuatu hal tentang apapun yang tidak dapat dikatakannya dengan suara, namun menjadi untaian kata yang gelegarnya dapat menembus angkasa. Seseorang yang selalu berupaya jujur menyampaikan suatu hal, dengan balutan yang kadang hanya dipandang sebelah mata. Hanya dianggap retorika, rekaan semata atau parahnya disebut drama dusta. Namun, seorang penulis tidak pernah kehilangan ciri khasnya. Mereka, apa adanya. Sederhana.

Seseorang pernah bertanya padaku, mengapa kamu menulis? Apakah tulisanmu bertujuan? Kala itu, aku hanya terdiam. Bukan memikirkan jawaban. Tapi sungguh aku tak memiliki selintas pun jawaban. Hari-hari berikutnya, aku mengulang2 terus pertanyaan itu pada diriku sendiri. Mencoba bertanya apakah yang selama ini aku jalani, memiliki arti? Paling tidak untuk diriku sendiri.

Dan aku menemukannya.
Dengan menulis, aku bahagia.
Aku bahagia karena aku dapat berbagi pikiran yang hanya "umpel2an" di kepala. Aku bahagia karena aku bisa terus menerus belajar dan bertanggungjawab akan tulisan yang telah aku buat. Aku bahagia dapat menyapa orang2 baru yang tak aku kenal sebelumnya. Aku bahagia dapat membuat rekaman bagi orang2 di sekitarku, layaknya film yang terdokumentasikan. Aku bahagia, berbagi rasa dan keresahan untuk kemudian menemukan jawaban di proses perjalanannya.

Dan yang terpenting, aku bahagia karena aku jujur pada diriku sendiri. Aku menemukan jiwaku yang sebelumnya tak pernah aku kenali.

Menjadi seorang penulis, mengajarkanku untuk memiliki kepekaan yang "aneh". Ketika suara peluit kereta terdengar sebagai nada, dan deras hujan berubah menjadi tatap haru perpisahan. Atau warna pelangi yang seakan bernyanyi. Ada kepekaan yang kini dilabeli orang2 sebagai "galau". Tak apalah, label tak berarti apa-apa dibandingkan indahnya proses hati menuju terbitnya sebuah tulisan. Ada pembelajaran tentang gejolak hati, entah patah atau berbunga rekah, para penulis itu mati2an bergulat mengendalikannya dengan anggun. Meraciknya dalam suguhan akhir yang santun.

Selalu ada 2 sisi ketika orang lain memandang sebuah profesi. Begitupun orang melihat penulis. Namun, di balik pro kontra, suka atau tidak suka, mereka akan terus berkarya. Begitupun aku.

Aku akan terus menulis untuk membuktikan bahwa keabadian dapat diciptakan. Bahwa sebuah kata, dapat melesat jauh menembus ruang dan waktu asalnya. Memeluk jiwa yang berjarak agar senantiasa terasa, dekat.

Cilegon, 21 April 2016  23:25  @maizankn

0 comments:

Sumpah Dokter



Dalam hal apa pun, selalu ada awal dan akhir. Selalu ada mulai dan berhenti juga selalu ada pertemuan dan perpisahan. Tanpa terasa, 5.5 tahun sudah aku melewati semua ini. Ketika aku di tahun 2010, memutuskan memilih jalan ini sebagai pengabdian seumur hidupku.

12 September 2013, aku menyelesaikan pendidikan sarjana dan waktu berjalan begitu cepat. 12 April 2016 adalah hari dimana hatiku bergetar begitu hebat. Aku menyelesaikan pendidikan profesi dan membuat janji pada Tuhan. Membuat pengakuan bahwa di seumur hidupku, aku tak pernah mengkhianati kemanusiaan. Sebuah janji yang aku tahu akan sangat berat, namun Tuhan menguatkan bibirku, mengukuhkan bahuku dan menegakkan kepalaku untuk melafalkan "syahadat" untuk para dokter itu. Semoga amanah ini mampu aku jaga sepanjang hayatku. Aamiin.

Ada banyak orang yang menemaniku sepanjang 5.5 tahun ini. Terimakasih, cinta dan hormatku, aku haturkan pada mama dan papa, 2 jagoanku kiki-farhan dan seluruh keluarga besar Tubagus Syafaat. Juga hormatku pada semua guru, konsulen yang pernah berinteraksi dan mengantarkan pada titik ini. Sebuah titik mula untuk terjun di masyarakat sebagai dokter.
Serta sayang yang tak pernah habis pada teman2 seperjuangan yang sama2 menyadari bahwa kita selalu merasa kurang dan akan terus belajar. dr. Fuad Hariyanto, dr.Laila, dr. Dadan, dr. AyuBudi, dr.Putra dan seluruh pejuang UKMPPD UIN batch 1 juga kluarga besar FKUIN 2010 yang telah menjadi rumah pembelajaran yang lengkap. Sangat bangga pernah berjuang bersama kalian, kawan ☺

Ini bukanlah akhir, ini adalah awal dari perjalanan panjang yang tentu akan melelahkan namun pasti akan senantiasa menguatkan. Semoga keselamatan dan keberkahan selalu mengiringi kita. Semoga di setiap harinya kita melaksanakan profesi ini adalah jalan yang akan membawa kita pada surgaNya.

Selamat Sumpah Dokter ke 17
Jadilah dokter muslim yang membumi dan memberi rahmat bagi semesta alam 😊😇

0 comments:

Sisa Bingar Malam


Ada yang mengusikku di tengah malam. Memaksaku membuka lembar kata, mungkin akumulasi dari lelah tanpa suara. Ada debatan panjang yang tak berkesudahan tentang siapa yang benar, tentang bagaimana hidup bisa mengeruk keuntungan dalam - dalam. Ada celotehan bingar tentang keberanian, tentang ya atau tidak, melawan keteguhan penengah yang selalu dilihat sebagai banci lampu merah. Ada bisik-bisik kecil di bangku belakang di tengah menonton dagelan tarik menarik.

Dulu aku begitu ambisius menjalani hidup. Sampai suatu saat di usiaku belum genap angka tujuh belas, Tuhan memukulku telak. Juga saat aku masih terus berlari setelahnya, Tuhan menarikku kencang agar jalanku pelan-pelan, agar tak sering tersandung kerikil di jalanan. Lalu Dia mengirimkan orang yang terus menerus mengingatkanku akan kepasrahan. Tentang bagaimana hati harus dilatih dengan keiklasan bukan melulu mengejar keinginan.

Hidup di dunia ketidakpastian, di dunia kedokteran dimana kita tidak pernah tahu usia orang di hadapan kita berakhir jam berapa, membuatku belajar merunduk, tak tinggi mendongak. Kedokteran, baik ilmu atau proses pendidikannya melatih kita bahwa kelapangan hati harus dibuat seluas lapangan bola. Teringat pula kata sahabat di pagi yang hangat, mengapa pesawat butuh mendarat setelah gagah mengangkasa. Bahwa setinggi apapun terbang, tempat mula kita tetaplah tanah.

Namun, aku masih percaya bahwa kesuksesan adalah perpaduan persiapan dan kesempatan. Bahwa tawakkal haruslah setelah ikhtiar, tentu dengan cara-cara yang benar. Karena tujuan yang baik tidaklah anggun bila di sana sini terdapat banyak noda. Mungkin kali ini, darah jawara seirama dengan denyut nadi para pembaca doa.

Tak apa sesekali berlaku aman, tak melulu melakukan perang. Bukan berarti kita kurang macho dan jantan. Juga tak masalah sesekali berdiri di tengah walau tak perlu sampai mengaku kalah. Perang tak harus bersuara, namun pergi tanpa amunisi memadai, memastikan kita tak akan pernah kembali. Persiapan mutlak dibutuhkan ketika kesempatan belum terbuka. Mubazir namanya, bila tiba-tiba hadir kesempatan, kita kelimpungan tak cukup persiapan.

Hatiku bergejolak. Aku tidak ingin dulu tidur cepat-cepat. Menimbang berat mudharat dan manfaat. Juga gelitik kemashlatan umat. Terlalu banyak pertimbangan, terlalu banyak yang dipikirkan, harusnya aku senang pelajaran penyakit dalam. Hahaha.

Suara burung gagak terdengar mendekat. sudah terlalu larut memang. Tubuh mengajak merebah, mungkin esok pagi, Tuhan kirimkan jawabanNya. Mungkin membolak - balikan jiwa, atau menetapkan asa untuk terus berusaha. Sungguhlah, tak mungkin diri ini mampu hidup jauh dari bimbinganNya. Hanya harapku kemana pun dan kapan pun kaki ini digerakkanNya melangkah, semoga selalu ada berkah yang mengalir di setiap tapak jejaknya. Aamiin

Cilegon, 1 April 2016 - 01:43 @maizankn

0 comments: