Ketika hidup adalah keyakinan dan perjuangan
Allah always with us

Refleksi Hujan



Malam ini dingin. Di luar jendela, hujan mulai turun. Petir bulan Februari memang selalu menggelegar. Mengetarkan hati bagi yang mendengar. Aku sedang di bawah lampu belajar, di tengah kamar yang gelap, sengaja aku matikan. Aku ingin merenungkan sesuatu, berteman sejenak bersama sendu. Satu persatu lembar foto itu aku buka kembali, aku harap aku cukup tangguh tak membasahi pipi.

Beberapa tahun ini adalah waktu yang singkat. Di tengah hikuk pikuk ujian akhir yang mendebarkan, aku yakin tak ada satu pun yang sadar. Minggu ini adalah minggu terakhir. Ya, minggu terakhir. Minggu terakhir sebagai satu angkatan.

Aku ingin menulis banyak. Merangkai kata mengenang kebersamaan di puluhan minggu yang dihabiskan dalam tawa juga air mata. Ingin merekam semua peluh yang pernah membesarkan kita, mendidik kita dalam macam-macam persoalan, yang akhirnya selalu bisa kita selesaikan. Aku ingin meninggalkan jejak, ketika nanti, di masa depan, suatu saat kita rindu, ada sesuatu yang bisa mengantarkan pada masa lalu. Tempat paling jauh.

Tapi aku tidak bisa. Tanganku lumpuh. Tak bisa aku bercerita tentang hari-hari kemarin yang telah dilewati. Hanya mataku yang memandang jauh. Menggambar tiap lekuk wajah, mentransfernya hati-hati ke pusat memori. Mengingat tegasnya garis dagu juga tatapan teduh. Dan tentu sebuah senyuman, yang entah akan aku jumpai lagi kapan. Setelah minggu ini berakhir, spontan tak lagi ada irisan kehidupan.

Wajah-wajah itu membuatku tertegun tadi pagi. Di bawah cahaya remang malam ini, aku hanya ingin berbagi. Bahwa, di balik semua cerita, entah itu sedih atau bahagia, entah itu membuatku muak atau jengah, entah itu berbentuk kecewa atau sukacita, aku selalu bersyukur Allah menempatkanku di tempat ini. Bertemu orang-orang ini. Sebuah keluarga kecil dari kumpulan anak muda yg kadang waras, kadang juga sakit jiwa. Anak-anak muda yang bisa mengajakku bermain seperti anak kecil, sekaligus dewasa dalam berpikir. Sebuah tim yang hebat, yang akan aku ceritakan kelak pada anak-anak.

Ada kelebatan bayang di kepala. Ingin tumpah di atas meja. Tapi, aku lelah. Cukup, aku simpan saja, biar esok lusa bisa aku putar rekamannya.
Malam kian dingin. Petir masih bernyanyi. Aku tutup album foto ini. Cepat-cepat aku sudahi, sebelum sesuatu mengalir deras di pipi.




#biarlah tulisan ini rasanya penuh kegalauan, tapi ini hanya sekedar bentuk penghargaan bahwa kita pernah saling belajar dan mengajarkan. Dan itu akan terus mengendap dalam ingatan ☺

0 comments: